Sabtu, 18 Januari 2014

TUGAS REVIEW DAN KRITIK JURNAL SIG

KAJIAN KONDISI OSEANOGRAFI UNTUK KELAYAKAN BUDIDAYA BEBERAPA
SPESIES RUMPUT LAUT DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN

Study Oceanographic Conditions for Feasibility Cultivation Some Species of Seaweed
in Coastal Waters West of South Sulawesi

Ilham Jaya1& Abd. Rasyid J2
1,2)Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin

ABSTRACT
Seaweeds, one of important commodity in Indonesia, have been widely used for daily needs,
either for consumption or for industrial raw material. Seaweed culture requires environment
preference for living in the water. This study was carried out in the waters of Pangkep Regency for
six months, form July to December 2009. The obtained field data consisted of several physicchemical
oceanography parameters. These data were then analyzed to evaluate and determine the
feasibility of marine waters location for seaweed culture purpose, using scoring test, then followed
by score weighing. The result of the study suggested that the study area was categorized as suitable
enough. In general, the study area can be categorized as suitable area for seaweed culture
provided considering certain limiting factors. There are six seaweed species have not been
cultured and they have economic prospects.
Keywords: seaweed, culture feasibility, west coast

PENDAHULUAN
Rumput laut merupakan komoditi yang pemanfaatannya cukup luas dalam kehidupan
sehari-hari, baik untuk dikonsumsi secara langsung, maupun sebagai bahan baku berbagai industri.
Sehingga secara komersial, budidaya komoditi tersebut bersifat sangat menguntungkan. Namun
demikian, kenyataan menunjukkan bahwa produksi dalam negeri komoditas tersebut belum
mencapai target yang dicanangkan sesuai ketersediaan lahan budidaya potensial yang tersebar pada
berbagai peraiaran di Indonesia.
Budidaya rumput laut memerlukan preferensi lingkungan untuk tumbuh pada perairan.
Preferensi ini jika tidak dipenuhi maka akan sulit bahkan tidak biasa bagi rumput laut untuk
tumbuh. Faktor oseanografi memegang peranan penting dalam preferensi lingkungan disamping,
topografi serta letak pulau tempat penanaman rumput laut (Barsanti & Paolo Gualtiari, 2006).

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
         Kegiatan penentuan kelayakan budidaya rumput laut dari beberapa spesies baru di perairan
Kabupaten Pangkep dilaksanakan selama enam (6) bulan, mulai bulan Juli – Desember 2009.
Metode Pelaksanaan
Analisis Kuantitatif-Deskriptif
         Data pengukuran di lapangan dan di laboratorium berupa angka atau nilai parameter
perairan dianalisis secara kuantitatif. Kemudian kisaran nilai kesesuaian dan kelayakan perairan
laut untuk budidaya perikanan ini dijelaskan dan dibahas secara deskriptif dalam bentuk pelaporan
kegiatan. Semua aspek-aspek kelayakan budidaya perikanan laut akan dianalisis berdasarkan datadata
lapangan yang mengacu pada standar referensi ilmiah

HASIL DAN PEMBAHASAN
         Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) terletak di pesisir pantai Barat Propinsi
Sulawesi Selatan antara 110˚ - 113˚ BT dan 4˚40’ LS sampai dengan 8˚00’ LS dengan batas- batas
wilayah, meliputi :
  •  Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Barru
  •  Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Maros
  •  Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bone
  •  Sebelah Barat berbatasan dengan P. Kalimantan, P. Jawa, P. Madura, P. Nusa Tenggara dan Bali
         Luas wilayah Kabupaten Pangkep 12.362,73 km2, dengan luas wilayah daratan 898,29
km2ndan wilayah laut 11.464,44 km2 dengan jumlah 112 pulau. Secara administrasi, Pemerintah
Kabupaten Pangkep terdiri dari 12 Kecamatan, terbagi atas 9 kecamatan daratan dan 3 kecamatan di
kepulauan.
         Hasil tabulasi pengukuran kedalaman di perairan Pangkep berkisar 0,81 – 32,1 m.
Berdasarkan hasil pengukuran tersebut diperoleh pada stasiun (5,6,10,12,13) tergolong sesuai untuk
kegiatan budidaya rumput laut, stasiun (3,4) tergolong cukup sesuai dan stasiun (1,2,7,8,9,11) tidak
sesuai untuk budidaya rumput laut. Hal ini sejalan dengan Aslan(1998) dan Hidayat(1994) yang
mengemukakan bahwa kedalaman yang sesuai untuk kegiatan budidaya rumput laut berkisar 0,6 –
2,1 m, cukup sesuai 0,3 – 0,59 atau 2,1 – 10 m dan tidak sesuai < 0,3 atau > 2,1.
         Pengukuran gelombang di perairan Kabupaten Pangkep didapatkan tinggi gelombang 0,87
meter. Hasil tersebut merupakan tinggi gelombang yang sesuai untuk budidaya rumput laut.
         Hasil pengukuran pasang surut di lapangan didapatkan pasang tertinggi 2,51 meter , surut
terendan 0,60 meter, beda tinggi muka air 1,91 meter dan nilai MSL 1,05 meter. Sehingga
parameter pasut berada pada kelas yang sesuai untuk budidaya rumput laut.
         Hasil pengukuran kecepatan arus yang diperoleh di lapangan berkisar 0,029 – 0,13 m/s
cukup sesuai untuk kegiatan budidaya rumput laut. Hal ini sejalan dengan Aslan (1998) bahwa
kecepatan arus yang sesuai 0,2 – 0,3 m/s, cukup sesuai 0,31 – 0,4 m/s atau 0,1 – 0,019 m/s dan tidak
sesuai < 0,1 atau > 0,4 m/s.
         Perairan Pangkep merupakan perairan yang tingkat kecerahannya tinggi dan sesuai dalam
kegiatan budidaya rumput laut. Hasil pengukuran tersebut sejalan dengan Aslan (1998) bahwa
tingkat kecerahan yang sesuai untuk budidaya rumput laut berkisar 80% - !00%.
         Menurut Aslan (1998) dan Hidayat (1994) bahwa kekeruhan suatu perairan yang sesuai
untuk kegiatan rumput laut <10 NTU, cukup sesuai berkisar 10 – 40 NTU da tidak sesuai >40 NTU.
Berdasarkan hasil pengukuran di perairan Pangkep bahwa rendahnya kekeruhan di perairan tersebut
sesuai untuk kegiatan budidaya rumput laut.
         Hasil pengukuran suhu di lapangan pada perairan Pangkep didapatkan berkisar antara 28 –
31 ˚C. Yaitu pada stasiun 1 – 9 dan 12,13 suhunya sesuai dalam budidaya rumput laut sedangkan
stasiun 10 dan 11 suhunya cukup sesuai.
         Hasil pengukuran salinitas di Kabupaten Pangkep berada pada kisaran 33 ‰ – 36 ‰. Salinitas perairan Kabupaten Pangkep berada pada kelas yang cukup sesuai dan tidak sesuai. Kelas yang cukup sesuai berada pada stasiun 1,3 – 7,10 – 13 sedangkan kelas yang tidak sesuai pada stasiun 2,8 dan 9.
         Pengukuran DO di perairan Kabupaten Pangkep didapatkan berada pada kisaran 5,78 mg/l
– 7,56 mg/l. Maka hasil pengukuran tersebut berada pada kelas yang sesuai untuk budidaya rumput laut.
         Menurut Aslan (1998) dan Hidayat (1994) bahwa derajat keasaman yang sesuai untuk
budidaya rumput laut berkisar 7 – 8,5, cukup sesuai 6,5 - <7 atau <8,5 – 9,5 dan tidak sesuai <6,5
atau >8,5. Hasil pengukuran didapatkan bahwa pH di perairan Pangkep sesuai untuk kegiatan
budidaya rumput laut.
Analisis Kesesuaian Perairan Budidaya Rumput Laut

         Analisis kesesuaian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan ruang atau area yang
sesuai untuk budidaya rumput laut di perairan Kabupaten Pangkep. Evaluasi nilai dari masing –
masing kelas kesesuaian setiap parameter berdasarkan kriteria kelas, pembobotan dan skoring
dengan menggunakan aplikasi SIG.
         Tingkat kesesuaian perairan tersebut didapatkan tiga kelas kesesuaian, yaitu sesuai, cukup
sesuai dan tidak sesuai. Penentuan kelas kesesuaian perairan diperoleh melaluai skoring dan
pembobotan. Kategori kelas sesuai artinya bahwa tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti
untuk mempertahankan tingkat pengolahan yang harus diterapkan, kelas cukup sesuai artinya
bahwa mempunyai faktor pembatas yang berarti untuk mempertahankan tingkat pengolaan yang
harus diterapkan tetapi faktor pembatas tersebut dapat dikurangi atau diperbaiki dengan pemberian
input baru. Dan tingkat kesesuaian terakhir adalah kategori kelas tidak sesuai artinya bahwa tidak
dapat direkomendasikan sebagai area untuk kegiatan budidaya rumput laut.

         Hal ini juga dapat dilihat pada kecepatan arus yang relatif kecil sehingga kandungan nutrien
yang dibawa sangat kurang. Tinggi gelombang yang tidak sesuai sehingga mengakibatkan proses
pertumbuhan pada rumput laut terhambat karena kotoran yang menempel tidak dapat dibersikan.
Jenis Rumput Laut
          Rumput laut terdiri dari ratusan jenis yang tersebar di perairan Indonesia dan hanya terdapat
lima jenis yang mempunyai nilai ekonomis tinggi yaitu dari Gelidium sp, Geldiella sp, Hypnea sp,
Euchema sp dan Gracillaria sp (Balitbangda,2006).

       Berdasarkan hasil yang diperoleh dari lapangan bahwa 18 spesies rumput laut yang tersebar diperairan, ada 6 jenis yang dapat dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi yaitu Gelidium sp, Sargassum polycystum, Hypnea sp, Ulva fascitiata, Caulerpa resemosa dan
Gracillaria sp.


KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik beberapa kesimpulan: Lokasi penelitian
memperlihatkan bahwa daerah tersebut masuk dalam kategori cukup sesuai (CS). Secara
keseluruhan daerah penelitian dapat dijadikan sebagai daerah budidaya rumput laut, dengan tetap
memperhatikan faktor-faktor pembatas tertentu. Terdapat enam jenis rumput laut yang belum
dibudidayakan dan memiliki prospek secara ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA
 Aslan,M. 1998. Budidaya Rumput Laut. Penerbit Kanisius. Yogyakarta

Balitbagda Propinsi Sulawesi Selatan, 2006. Sinkronisasi Kebijakan Pengembangan dan Pemetaan
             Kesesuaian Lahan dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Produk Budidaya Rumput
             Laut Propinsi Sulawesi Selatan. Balitbagda. Prop. Sulsel kerjasam dengan LP2S-UMI,
             Makassar
Hidayat, A. 1994. Budidaya Rumput Laut. Usaha Nasional. Surabaya

KRITIK JURNAL
           Jurnal tersebut bagus dan menarik,isinya mengenai parameter-parameter yang mempengaruhi untuk budidaya rumput laut dan jenis-jenis rumput laut. Lebih baik jika jurnal tersebut menyebutkan juga system budidaya rumput laut yang bisa digunakan dalam perairan tersebut.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar