KAJIAN KONDISI OSEANOGRAFI UNTUK
KELAYAKAN BUDIDAYA BEBERAPA SPESIES RUMPUT LAUT DI PERAIRAN PANTAI BARAT
SULAWESI SELATAN
Study Oceanographic Conditions for
Feasibility Cultivation Some Species of Seaweed in Coastal Waters West of South
Sulawesi
Ilham Jaya1& Abd. Rasyid J2 1,2)Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin
ABSTRACT
Seaweeds, one of important commodity
in Indonesia, have been widely used for daily needs, either for consumption or
for industrial raw material. Seaweed culture requires environment preference
for living in the water. This study was carried out in the waters of Pangkep Regency
for six months, form July to December 2009. The obtained field data consisted
of several physicchemical oceanography parameters. These data were then
analyzed to evaluate and determine the feasibility of marine waters location
for seaweed culture purpose, using scoring test, then followed by score
weighing. The result of the study suggested that the study area was categorized
as suitable enough. In general, the study area can be categorized as suitable
area for seaweed culture provided considering certain limiting factors. There
are six seaweed species have not been cultured and they have economic
prospects.
Keywords:
seaweed, culture feasibility, west coast
PENDAHULUAN
Rumput laut merupakan komoditi yang
pemanfaatannya cukup luas dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk dikonsumsi
secara langsung, maupun sebagai bahan baku berbagai industri. Sehingga secara
komersial, budidaya komoditi tersebut bersifat sangat menguntungkan. Namun demikian,
kenyataan menunjukkan bahwa produksi dalam negeri komoditas tersebut belum mencapai
target yang dicanangkan sesuai ketersediaan lahan budidaya potensial yang
tersebar pada berbagai peraiaran di Indonesia.
Budidaya rumput laut memerlukan
preferensi lingkungan untuk tumbuh pada perairan. Preferensi ini jika tidak
dipenuhi maka akan sulit bahkan tidak biasa bagi rumput laut untuk tumbuh.
Faktor oseanografi memegang peranan penting dalam preferensi lingkungan disamping,
topografi serta letak pulau tempat penanaman rumput laut (Barsanti & Paolo
Gualtiari, 2006).
METODE
PENELITIAN
Lokasi dan
Waktu Pelaksanaan
Kegiatan penentuan kelayakan budidaya rumput laut dari
beberapa spesies baru di perairan Kabupaten Pangkep dilaksanakan selama enam
(6) bulan, mulai bulan Juli – Desember 2009.
Metode
Pelaksanaan
Analisis
Kuantitatif-Deskriptif
Data pengukuran di lapangan dan di laboratorium berupa
angka atau nilai parameter perairan dianalisis secara kuantitatif. Kemudian kisaran
nilai kesesuaian dan kelayakan perairan laut untuk budidaya perikanan ini
dijelaskan dan dibahas secara deskriptif dalam bentuk pelaporan kegiatan. Semua
aspek-aspek kelayakan budidaya perikanan laut akan dianalisis berdasarkan
datadata lapangan yang mengacu pada standar referensi ilmiah
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
(Pangkep) terletak di pesisir pantai Barat Propinsi Sulawesi Selatan antara
110˚ - 113˚ BT dan 4˚40’ LS sampai dengan 8˚00’ LS dengan batas-batas wilayah,
meliputi :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Barru
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Maros
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bone
- Sebelah Barat berbatasan dengan P. Kalimantan, P.
Jawa, P. Madura, P. Nusa Tenggara dan Bali
Luas wilayah Kabupaten Pangkep
12.362,73 km2, dengan luas wilayah daratan 898,29 km2 dan
wilayah laut 11.464,44 km2 dengan jumlah 112 pulau. Secara
administrasi, Pemerintah Kabupaten Pangkep terdiri dari 12 Kecamatan, terbagi
atas 9 kecamatan daratan dan 3 kecamatan di kepulauan.
Hasil tabulasi pengukuran kedalaman
di perairan Pangkep berkisar 0,81 – 32,1 m. Berdasarkan hasil pengukuran
tersebut diperoleh pada stasiun (5,6,10,12,13) tergolong sesuai untuk kegiatan
budidaya rumput laut, stasiun (3,4) tergolong cukup sesuai dan stasiun
(1,2,7,8,9,11) tidak sesuai untuk budidaya rumput laut. Hal ini sejalan dengan
Aslan (1998) dan Hidayat (1994) yang mengemukakan bahwa kedalaman yang sesuai
untuk kegiatan budidaya rumput laut berkisar 0,6 – 2,1 m, cukup sesuai 0,3 –
0,59 atau 2,1 – 10 m dan tidak sesuai < 0,3 atau > 2,1.
Pengukuran gelombang di perairan
Kabupaten Pangkep didapatkan tinggi gelombang 0,87 meter. Hasil tersebut
merupakan tinggi gelombang yang sesuai untuk budidaya rumput laut.
Hasil pengukuran pasang surut di
lapangan didapatkan pasang tertinggi 2,51 meter , surut terendah 0,60 meter,
beda tinggi muka air 1,91 meter dan nilai MSL 1,05 meter. Sehingga parameter
pasut berada pada kelas yang sesuai untuk budidaya rumput laut. Hasil
pengukuran kecepatan arus yang diperoleh di lapangan berkisar 0,029 – 0,13 m/s cukup
sesuai untuk kegiatan budidaya rumput laut. Hal ini sejalan dengan Aslan (1998)
bahwa
kecepatan arus yang sesuai 0,2 – 0,3 m/s, cukup sesuai
0,31 – 0,4 m/s atau 0,1 – 0,019 m/s dan tidak sesuai < 0,1 atau > 0,4
m/s.
Perairan Pangkep merupakan perairan
yang tingkat kecerahannya tinggi dan sesuai dalam kegiatan budidaya rumput
laut. Hasil pengukuran tersebut sejalan dengan Aslan (1998) bahwa tingkat
kecerahan yang sesuai untuk budidaya rumput laut berkisar 80% - !00%.
Menurut Aslan (1998) dan Hidayat
(1994) bahwa kekeruhan suatu perairan yang sesuai untuk kegiatan rumput laut
<10 NTU, cukup sesuai berkisar 10 – 40 NTU dan tidak sesuai >40 NTU. Berdasarkan
hasil pengukuran di perairan Pangkep bahwa rendahnya kekeruhan di perairan
tersebut sesuai untuk kegiatan budidaya rumput laut.
Hasil pengukuran suhu di lapangan
pada perairan Pangkep didapatkan berkisar antara 28 – 31 ˚C. Yaitu pada stasiun
1 – 9 dan 12,13 suhunya sesuai dalam budidaya rumput laut sedangkan stasiun 10
dan 11 suhunya cukup sesuai.
Hasil pengukuran salinitas di
Kabupaten Pangkep berada pada kisaran 33 ‰ – 36 ‰. Salinitas perairan Kabupaten
Pangkep berada pada kelas yang cukup sesuai dan tidak sesuai.
Kelas yang cukup sesuai berada pada stasiun 1,3 – 7,10
– 13 sedangkan kelas yang tidak sesuai pada stasiun 2,8 dan 9.
Pengukuran DO di perairan Kabupaten
Pangkep didapatkan berada pada kisaran 5,78 – 7,56 mg/l. Maka hasil pengukuran
tersebut berada pada kelas yang sesuai untuk budidaya rumput laut.
Menurut Aslan (1998) dan Hidayat
(1994) bahwa derajat keasaman yang sesuai untuk budidaya rumput laut berkisar 7
– 8,5, cukup sesuai 6,5 - <7 atau <8,5 – 9,5 dan tidak sesuai <6,5 atau
>8,5. Hasil pengukuran didapatkan bahwa pH di perairan Pangkep sesuai untuk
kegiatan budidaya rumput laut.
Analisis Kesesuaian Perairan Budidaya Rumput Laut
Analisis kesesuaian dilakukan dengan
tujuan untuk mendapatkan ruang atau area yang
sesuai untuk budidaya rumput laut di perairan
Kabupaten Pangkep. Evaluasi nilai dari masing – masing kelas kesesuaian setiap
parameter berdasarkan kriteria kelas, pembobotan dan skoring dengan menggunakan
aplikasi SIG.
Tingkat kesesuaian perairan tersebut
didapatkan tiga kelas kesesuaian, yaitu sesuai, cukup sesuai dan tidak sesuai.
Penentuan kelas kesesuaian perairan diperoleh melaluai skoring dan pembobotan.
Kategori kelas sesuai artinya bahwa tidak mempunyai faktor pembatas yang
berarti untuk mempertahankan tingkat pengolahan yang harus diterapkan, kelas
cukup sesuai artinya bahwa mempunyai faktor pembatas yang berarti untuk
mempertahankan tingkat pengolaan yang harus diterapkan tetapi faktor pembatas
tersebut dapat dikurangi atau diperbaiki dengan pemberian input baru. Dan
tingkat kesesuaian terakhir adalah kategori kelas tidak sesuai artinya bahwa
tidak dapat direkomendasikan sebagai area untuk kegiatan budidaya rumput laut.
Hal ini juga dapat dilihat pada
kecepatan arus yang relatif kecil sehingga kandungan nutrien yang dibawa sangat
kurang. Tinggi gelombang yang tidak sesuai sehingga mengakibatkan proses pertumbuhan
pada rumput laut terhambat karena kotoran yang menempel tidak dapat dibersikan.
Jenis Rumput Laut
Rumput laut terdiri dari ratusan
jenis yang tersebar di perairan Indonesia dan hanya terdapat lima jenis yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi yaitu dari Gelidium sp, Geldiella sp, Hypnea
sp, Euchema sp dan Gracillaria sp (Balitbangda,2006).
Berdasarkan hasil yang
diperoleh dari lapangan bahwa 18 spesies rumput laut yang tersebar diperairan,
ada 6 jenis yang dapat dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang cukup
tinggi yaitu Gelidium sp, Sargassum polycystum, Hypnea sp, Ulva
fascitiata, Caulerpa resemosa dan Gracillaria sp.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
penelitian maka dapat ditarik beberapa kesimpulan: Lokasi penelitian memperlihatkan
bahwa daerah tersebut masuk dalam kategori cukup sesuai (CS). Secara keseluruhan
daerah penelitian dapat dijadikan sebagai daerah budidaya rumput laut, dengan
tetap memperhatikan faktor-faktor pembatas tertentu. Terdapat enam jenis rumput
laut yang belum dibudidayakan dan memiliki prospek secara ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Aslan,M. 1998. Budidaya Rumput Laut. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta
Balitbang Propinsi Sulawesi Selatan, 2006. Sinkronisasi Kebijakan Pengembangan dan Pemetaan
Kesesuaian Lahan dalam Rangka
Peningkatan Daya Saing Produk Budidaya Rumput Laut Propinsi Sulawesi Selatan. Balitbagda. Prop. Sulsel kerjasam
dengan LP2S-UMI, Makassar
Hidayat, A. 1994. Budidaya
Rumput Laut. Usaha Nasional. Surabaya
KRITIK JURNAL
Jurnal tersebut bagus dan menarik,isinya mengenai parameter-parameter yang
mempengaruhi untuk budidaya rumput laut dan jenis-jenis rumput laut. Lebih baik
jika jurnal tersebut menyebutkan juga system budidaya rumput laut yang bisa
digunakan dalam perairan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar