Jumat, 13 November 2015

TUGAS TEKNOLOGI INFORMASI BIOINFORMATIKA DALAM DUNIA PERIKANAN

Bioteknologi modern ditandai dengan kemampuan manusia untuk memanipulasi kode genetik DNA, “cetak biru kehidupan”. Berbagai aplikasinya telah merambah sektor kedokteran, pangan, lingkungan, perikanan, dan sebagainya. Bioinformatika merupakan  suatu ilmu yang mempelajari penerapan teknik komputasional untuk mengelola dan menganalisis informasi biologis. Bidang ini mencakup penerapan metode-metode matematika, statistika, dan informatika untuk memecahkan masalah-masalah biologis, terutama dengan menggunakan sekuens DNA dan asam amino serta informasi yang berkaitan dengannya. Bioinformatika muncul atas desakan kebutuhan untuk mengumpulkan, menyimpan dan menganalisa data-data biologis dari database DNA, RNA maupun protein. Keberadaan database adalah syarat utama dalam analisa Bioinformatika. Database informasi dasar telah tersedia saat ini. Untuk database DNA yang utama adalah GenBank di AS. Sementara itu bagi protein, databasenya dapat ditemukan di Swiss-Prot, untuk sekuen asam aminonya dan di Protein Data Bank. Pencarian database umumnya berdasar hasil alignment/pensejajaran sekuen, baik sekuen DNA maupun protein. Kegunaan dari pencarian ini adalah ketika mendapatkan suatu sekuen DNA/protein yang belum diketahui fungsinya maka dengan membandingkannya dengan yang ada dalam database bisa diperkirakan fungsi daripadanya.

SKRINING BAKTERI VIBRIO SP ASLI INDONESIA SEBAGAI PENYEBAB PENYAKIT UDANG BERBASIS TEHNIK 16S RIBOSOMAL DNA
(SCREENING OF INDONESIAN ORIGINAL BACTERIA VIBRIO SP AS A CAUSE OF SHRIMP DISEASES BASED ON 16S RIBOSOMAL DNA-TECHNIQUE) 

Budidaya udang memberikan kontribusi yang besar bagi produksi sektor perikanan Indonesia. Berbagai kegagalan panen yang terjadi pada tambak udang di Indonesia menjadi fenomena yang sangat merugikan petani tambak. Kegagalan panen biasanya disebabkan serangan bakteri Vibrio yang mengakibatkan kematian udang dalam waktu yang cepat dan dalam jumlah yang besar. Udang yang terserang Vibrio umumnya ditandai dengan gejala klinis, di mana udang terlihat lemah, berwarna merah gelap atau pucat, antena dan kaki renang berwarna merah. Salah satu teknologi terbaik yang mampu mengidentifikasi spesies Vibrio adalah dengan mengetahui struktur DNA, yakni dengan teknik sekuens 16S rDNA. Dalam mempelajari bakteri Vibrio penyebab penyakit udang, teknik ini merupakan teknik yang relatif baru yang belakangan sering diterapkan karena bisa dibandingkan dengan basis data di Gen Bank untuk mengetahui kemiripan homologi DNA dengan bakteri yang sejenis. Skrining bakteri menggunakan teknik sekuens 16S rDNA merupakan suatu teknik dalam mengidentifikasi suatu spesies organisme. Teknik ini dilakukan dengan menganalisa struktur atau susunan basa DNA yang terdapat di daerah 16S DNA. Seiring semakin berkembangnya dunia bioinformasi, usaha untuk menentukan jenis spesifik bakteri penyebab penyakit pada udang secara tepat dan efisien sangat diperlukan, guna mempermudah dalam menanggulangi penyebaran penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen pada budidaya tambak udang. Analisa asam nukleat merupakan metode terbaik dan terpercaya untuk menandakan spesies dan menentukan hubungan antara organisme yang berbeda. Analisis sekuens DNA mewakili referensi terakhir untuk mengenali subtipe dalam satu spesies atau skrining mikroba. Idealnya, perbandingan di antara strain-strain dalam suatu spesies dapat diketahui melalui DNA. Identifikasi menggunakan teknik sekuens 16S rDNA mendapatkan bakteri pada udang windu, air tambak, dan air laut didominasi oleh genus Vibrio. Genus Vibrio merupakan patogen oportunistik, yaitu organisme yang dalam keadaan normal ada dalam lingkungan pemeliharaan lalu berkembang dari sifat yang saprofit menjadi patogenik karena kondisi lingkungan memungkinkan.

Menurut Handayani (2008) homologi sekuens  16S rDNA dari masing-masing isolat bakteri dengan sekuens 16S rDNA dari database GenBank dapat diketahui bahwa tidak ada sekuens 16S rDNA bakteri yang identik. Penyejajaran (Allignment) sekuens sampel dengan sekuens dari  basis  data Gen Bank dilakukan menggunakan program Clustal X. Untuk memperoleh pohon filogenetik digunakan program N-J pada Clustal X dengan tingkat 100 x bootstrap, kemudian hasil dalam bentuk pohon filogenetik dapat dilihat pada program  Treeview. Pohon filogenetik berguna untuk menunjukkan hubungan kekerabatan dari setiap spesies yang dilihat berdasarkan karakteristik molekuler antar spesies maupun antar strain dalam spesies yang sama. Pohon filogenetik dari beberapa spesies bakteri Vibrio. Berdasarkan hasil identifikasi molekuler, V. alginolyticus  FNS A08 diperoleh dengan tingkat homologi 98 % dengan panjang basa 526 pb dan strain FNS A08. Bakteri ini bersifat gram negatif, katalase positif, oksidase. Isolat bakteri yang berhasil diidentifikasi dengan menggunakan analisis 16S  rDNA dari perairan Indonesia (kepulauan Bengkalis,  Sumatera dan dari tambak di Jepara,  Jawa), lima strain diantaranyasudah  terdaftar  secara internasional pada gen Bank Dunia, yaitu  Vibrio alginolyticus, Vibrio parahaemolyticus, Vibrio harveyi, Vibrio shilonii,  dan Vibrio vulnificus.upaya pencegahan perkembangann bakteri tersebut untuk menghambat pertumbuhan bakteri  Vibrio  sp pada budidaya  udang windu khususnya dan pada budidaya  perikanan  umumnya. Kemudian perlu dilakukan penelitian mendalam terhadap kedua strain yang diduga merupakan strain asli Indonesia yang diharapkan bisa menjadi pengkayaan strain  Vibrio  sp pada gen bank bakteri dunia. 

Berdasakan deteksi dari bantuan BLAST tersebut kita mampu mengerti dan mampu mengidentifikasi jenis bakteri vibrio yang dapat menyerang udang, dengan bantuan ini kita semakin bisa meningkatkan kesehatan bagi udang, karena udang komoditas penting yang nilai jualnya juga lumayan mahal. BLAST juga bisa membantu pembudidaya untuk meningkatkan produksi udang yang dibudidayakan, semakin banyak udang yang sehat dan hidup maka hasil produksi juga semakin meningkat, begitu juga dari segi ekonomi. BLAST juga tidak melanggar nilai-nilai/norma dalam budidaya, karena sifat dari BLAST sendiri adalah mengidentifikasi jenis bakteri fibrio dari penggunaan 16S rDNA.



REFERENSI 

Minggu, 08 November 2015

Ular Albert (Leiopython albertisii)

Leiopython albertisi atau ular gold albertisi piton atau ular Gold albert merupakan ular pembelit tidak berbisa yang populer di dunia. ular dengan motif khas berupa warna coklat keemasan (memantulkan spektrum warna pelangi) dan wajah bagaikan tengkorak. ular ini memakan mamalia dan burung. Gold albert adalah ular sedang yang dapat mencapai 2,5 meter di alam. Ular ini ditemukan di sebagian besar New Guinea (dibawah 1.200m), termasuk pulau-pulau Salawati dan Biak, Normanby, Mussau dan Emirau, serta beberapa pulau di Selat Torres. umumnya galak di kandang dan jinak ketika dipegang (tipikal teritorial) dalam pemeliharaan, sering sekali hessing, ukurannya bisa lebih kecil karena faktor tempat/kandang.

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Reptilia
Order : Squamata
Suborder : Serpentes
Family : Phytonidae
Genus : Leiopython, Hubrecht, 1879
Species : L. albertisii

Referens